Di Balik Insta Story Mereka yang Kuliah S2 di Luar Negeri

Anin | Suara Senar Nirwana ⑇
5 min read5 days ago

--

S2 di Luar Negeri lebih dari sekedar haha hihi jalan-jalan tahu-tahu lulus.

Kalau kamu benar-benar mau menempuh studi S2 di luar negeri, baca tulisan ini sampai selesai yaaa. Kalau baca tulisan ini saja kamu malas, bagaimana kamu akan mau membaca materi kuliah yang jauh lebih panjang dari tulisan ini? Hehe.

Lund University, my university 🫶🏻

Banyak dari kami yang berkuliah di luar negeri, aku termasuk salah satunya, kerap membagikan cerita bahagia dan menarik ketika berada di luar negeri. Dari kesempatan mendapatkan pengalaman kerja di luar negeri dengan gaji yang lebih besar dari UMR manapun di Indonesia, sampai kesempatan jalan-jalan ke negara lain dengan satu visa saja tentu terlihat menggiurkan. Terlebih, ketika melihat kenikmatan serta keindahan untuk merasakan negara dengan 4 musim, budaya yang baru, kehidupan di negara maju, dan semua hal baik yang mungkin didapatkan di negara tujuan itu, keinginan S2 di luar negeri menjadi mimpi banyak orang.

Sayangnya, banyak yang ingin S2 di luar negeri hanya karena ini — karena fomo, karena ingin hal-hal baik ini, karena ingin semua hal yang indah tanpa tahu betul bagaimana S2 di luar negeri itu. Bahkan banyak yang masih sebatas “ingin” tanpa tahu betul mengapa mereka butuh atau harus menempuh studi S2 itu. Ini, merupakan pemikiran yang pendek menurutku.

Ada lebih dari sekedar culture shock.

Culture shock serta homesick mungkin sudah menjadi dua masalah yang umum yang dialami oleh kebanyakan kami yang ada di Luar Negeri. Mereka yang belum pernah berangkat pun mungkin sudah awam dengan dua permasalahan ini sehingga bisa mempersiapkan diri dengan apa yang mungkin terjadi. Untuk menyelesaikan hal ini, banyak dari kami yang membangun komunitas, membuat aktivitas bersama, membawa stok makanan dari Indonesia yang banyak, sering berkomunikasi dengan orang di rumah, dan lainnya. Tetapi, di antara itu semua, ada hal lain yang harus kamu hadapi.

Ketika di ujung yang satu adalah culture shock dan di ujung yang lainnya adalah home sick, di antaranya ada rasa kesepian yang harus ditanggung sendiri. Pada akhirnya, tidak semua orang bisa punya waktu untuk semua orang. Pada akhirnya, tidak semua orang asing punya ketertarikan yang sama sehingga bisa membuat kita mudah menjalin pertemanan. Pada akhirnya, semua orang punya prioritasnya masing-masing sehingga rasa sendiri kita tidak selalu bisa kita gantungkan pada orang lain.

Di antaranya juga ada kesulitan menghadapi perkuliahan dan persaingan yang ada. Bukan, ini bukan tentang siapa mendapat nilai terbaik atau lulus dengan ranking satu (karena tidak ada sistem seperti itu di sini). Tetapi ini tentang mampukah kita menyelesaikan mata kuliah itu dengan baik? Mampukah kita melewati ujian mata kuliah itu dengan hasil yang cukup memuaskan? Cerita tentang kegagalan menyelesaikan satu mata kuliah, atau harus mengulang ujian, atau bahkan sampai mendapat nilai D tapi tidak bisa diubah lagi, tidak pernah dibagikan di insta stories itu. Tidak semua orang gagal, betul. Tapi, tidak semua orang mampu bertahan dan berhasil juga.

Di antaranya juga ada ‘tekanan’ harus bisa mempertahankan nilai dengan baik terutama bagi kami yang didukung oleh beasiswa tertentu. Tetapi di antaranya, ada kehidupan yang harus tetap berjalan seperti memikirkan besok makan apa, masak apa, bagaimana masaknya karena kita tidak selalu bisa makan di luar (kecuali kamu memilih demikian). Di antaranya juga ada isu harus perpanjang visa dan bagaimana ketika visa itu tidak datang tepat pada waktu yang diharapkan. Di antaranya, ada baaaanyak masalah-masalah kecil yang bisa menumpuk di pikiran sehingga tidak jarang ini mengganggu studi kita.

Aku pribadi, di bulan April harus menunda ujian ke September karena aku belum siap. Aku tidak merasa sudah mengikuti perkuliahan dengan baik dan aku takut aku gagal. Akhirnya, aku ujian di September tetapi meski lulus ujian tersebut, nilainya tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Sejak Oktober 2024 sampai Januari ini, aku harus rutin ke psikolog karena aku memiliki masalah dengan fokusku sehingga sangat sulit untuk memahami materi kuliah. Jangankan membaca, mendengarkan dosen saja 5–10 detik pikiranku sudah bisa kemana-mana. Hal ini, baru aku bagikan ketika aku selesai dari psikolognya, kan?

Ada banyak permasalahan dan kesulitan yang hadir dari ‘menempuh S2 di luar negeri’ yang tidak kami bagikan di media sosial itu. Bukan karena kami merasa ini aib, tapi pada saat merasakan momen sulit itu, kami bahkan tidak terpikirkan untuk membagikannya ke media sosial karena harus fokus menyelesaikan masalah tersebut yang sering kali harus diselesaikan sendiri.

Ini kenapa, memiliki alasan yang kuat itu penting.

Ingin sekedar ingin, apalagi fomo, tidak akan membuat kamu cukup bertahan di sini.

Tulisan ini tidak bermaksud menakuti-nakuti kamu apalagi sampai mematahkan keinginan kamu untuk S2. Tetapi, tulisan ini ingin mengajak kamu untuk menjadi lebih realistis dan mempersiapkan diri lebih lanjut lagi karena S2 di luar negeri tidak sekedar haha hihi tahu-tahu bertoga.

Kamu tidak tahu kan berapa banyak mahasiswa Indonesia yang sudah pulang meski sebetulnya kuliahnya belum selesai? Kamu tidak tahu kan dibalik mereka yang berkeliling Eropa itu, ada kesulitan apa yang sedang berkalut dalam pikiran mereka? Kamu tidak tahu kan dibalik mereka yang membagikan cerita indah di sini, berapa kali mereka menangis karena tidak bisa memahami materi perkuliahan itu? Cerita kegagalan atau kesulitan ini semua tidak ada di media sosial itu tetapi penting untuk kita tahu bahwa S2 di luar negeri itu persaingannya sangat berbeda dengan waktu kita S1 di Indonesia.

Dengan S2 di luar negeri, kita akan bertemu dengan orang dari berbagai daerah, beragam budaya, dan kebiasaan yang berbeda-beda. Menyelesaikan hal ini saja bisa menjadi PR tersendiri sebelum kita bisa nyaman bekerja dalam kelompok untuk mendapatkan nilai terbaik. Saat S2 di luar negeri kita akan bertemu dengan orang yang memiliki tingkat pemahaman, kecerdasan, serta ilmu yang berbeda-beda. Tidak selalu semua lebih tinggi dari kita karena lulusan Indonesia pun pintar-pintar kok. Tetapi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan menganalisa suatu fenomona, kemampuan untuk memahami dan mencari hubungan antar satu situasi dengan yang lainnya ini jenis pintar yang sayangnya saat kita S1 di Indonesia tidak banyak diajarkan.

Kalau kamu benar-benar ingin S2 di luar negeri, temukan alasan kuat itu. Jawab pertanyaan

“Kenapa kamu harus S2?”

Ini sudah bukan lagi tentang keinginan kamu, apalagi hanya fomo. Tapi kenapa, pada dasarnya kamu itu harus menempuh pendidikan lebih lanjut. Mengantongi alasan ini akan membuat kamu memiliki pijakan yang kuat terlepas dari sesulit apapun S2 di luar negeri itu.

Disamping itu, bangun kebiasaan membaca, mencari tahu, dan berpikir.

Tulisan ini juga sesungguhnya didasari oleh banyaknya netizen yang sering bertanya hal-hal yang sudah jelas tertera di website atau setidaknya one-click-away via Google. Percaya deh, website tentang beasiswa ataupun program yang kamu inginkan, sepanjang apapun itu, semua itu tidak lebih sulit dan kompleks dibandingkan bahan bacaan dan materi perkuliahan kalian nanti. Jadi, kalau membaca website beasiswa dan program S2 itu saja kamu susah, bahkan tidak mau mencari tahu, bagaimana kamu yakin kamu bisa melewati S2mu itu nanti dengan baik?

Semangat ya. Jadikan tulisan ini sebagai reality check untuk mimpi kamu yang tinggi itu. Semangat ya. Jangan ambil tulisan ini secara personal karena aku hanya memberi gambaran yang tidak banyak orang bicarakan.

Semangat ya. Perjalanan untuk S2 itu memang tidak mudah, S2 nya sendiri itu pun nanti tidak mudah. Tapi kalau kamu bisa memahami apa yang ingin aku sampaikan dan mempersiapkan diri kamu dari sekarang juga, kamu punya potensi untuk mencapai mimpi kamu itu dengan baik.

Inget, don’t let FOMO cloud over your rationality.

Jangan hanya karena FOMO kamu jadi tidak rasional.

Semangat ya,

<3,
Anin

--

--

Anin | Suara Senar Nirwana ⑇
Anin | Suara Senar Nirwana ⑇

Written by Anin | Suara Senar Nirwana ⑇

A Muslim | Environment & Sustainable Development Policy student-researcher. Love to turn my experiences and perspectives into writings. IG: @annindsa 🍉✨🇮🇩

Responses (1)