Berkah di Balik Pernikahan yang Disiapkan Selama Satu Minggu.
Kita semua memiliki definisi pernikahan impian kita masing-masing. Bagiku, aku ingin satu yang sederhana dan sangat sakral — karena pernikahan adalah awal mula dari kehidupan baru yang aku jalani dengan separuh jiwaku.
Jumat, 23 Juni 2023
Satu minggu sebelum tanggal yang direncanakan untuk acara lamaran kami, 1 Juli 2023. Hari ini terasa teramat berat karena aku sudah memutuskan untuk resign dari pekerjaanku saat itu, tetapi belum juga mendapatkan pekerjaan baru. Acara lamaran yang akan datang dan pernikahan dalam beberapa bulan kerap terasa menjadi beban jika aku tidak bekerja
“Aku gamau tidak punya penghasilan sendiri”
Pikirku. Tetapi di hari itu juga aku sudah terlalu terlambat untuk memperpanjang kontrak mengingat perusahaanku saat itu sudah dalam proses untuk memberi pekerjaan tersebut kepada orang baru. Sungguh berat malam itu, tapi ada 2 hal utama yang aku ingat.
Ridwan bercanda untuk menghiburku malam itu dengan mengatakan
“Udah nikah aja deh kita minggu depan — aku ga mau kalau nikah di November nanti anniv-nya LDM”
Memang, rencana kami menikah adalah di bulan November dan jika Allah menghendaki, aku pun berencana untuk kembali mendaftar S2 di tahun selanjutnya untuk berangkat di Agustus 2024.
Malam itu juga, aku berserah diri kepada Allah dan yakin sepenuh hati
“apapun yang Engkau ambil dariku, akan Engkau ganti dengan yang lebih baik. Bukankah begitu, Ya Allah?”
Keesokan subuhnya, tepat 1 minggu sebelum acara lamaran kami, seusai shalat subuh aku menerima notifikasi adanya email masuk. Ternyata ini email dari Lund University yang menyatakan aku bisa diterima menjadi mahasiswa baru tahun ajaran 2023/2024 jika aku masih tertarik dan bersedia menyiapkan dokumen dalam waktu yang singkat. Sungguh sebuah plot-twist yang luar biasa dalam rencanaku.
Sejak aku masuk ke waitinglist untuk ke Lund University di bulan Maret 2023, tidak ada sekalipun aku berfikir akan tiba-tiba diterima. Mengingat 2 tahun sebelumnya pun aku pernah 2x mencoba dan masuk waitinglist tanpa pernah berprogress menjadi mahasiswa yang diterima.
Pikiranku saat itu rasanya campur aduk — aku bisa saja berangkat tahun ini dengan beasiswa yang sudah ku dapatkan. Tapi bagaimana pernikahan ini? Bagaimana acara lamaran di minggu depan? Apa iya kami menikah saja minggu depan?
Bukan soal yakin atau tidak yakin dengan satu sama lain — itu sudah bukan lagi menjadi persoalan. Kami sudah yakin dengan satu sama lain sejak lama, kami sudah mengenal kepribadian satu sama lain, cita-cita, impian, dan bagaimana kami mentoleransi dan mau menyesuaikan rencana hidup kami bersama. Ini persoalan adanya beban sosial dan budaya untuk sebuah acara pernikahan — persiapan kami belum matang untuk itu.
Sampai kami tersadar bahwa pernikahan itu dalam Islam adalah sebuah ibadah. Islam sebagai agama yang baik, tidak akan menyusahkan umatnya — begitupula dalam pernikahan. Hal-hal yang terasa berat sebetulnya datang dari aspek budaya dan sosial, bukan kewajiban agama kami. Setelah meyakinkan diri satu sama lain bahwa menikah itu seharusnya mudah sesuai ajaran Islam, kami mengubah acara lamaran di pekan mendatang menjadi acara pernikahan.
Hal-hal setelahnya pun kami serahkan kepada Allah. Kami tidak pernah merasa takut kekurangan karena yakin Allah yang akan mencukupkan kehidupan kami setelah menikah kelak.
Sungguh, menyiapkan pernikahan dalam kurun waktu 7 hari itu sangat melelahkan. Meski acara kami tidak besar, tetap ada banyak hal yang tidak sebelumnya dipikirkan menjadi mendadak harus dipikirkan dan menuntut kami untuk mengambil keputusan secara cepat, sangat cepat. Meski demikian, it was one perfect wedding I have dreamed since forever.
Dari pernikahan yang disiapkan hanya dalam 1 minggu, ada banyak keberkahan yang kami dapatkan dan menjadi fondasi yang sangat baik untuk tahun pertama pernikahan kami.
Pertama, konsep menikah di rumah dengan sederhana adalah konsep yang selalu aku inginkan — tapi tidak dengan mama ku. Mamaku sebagai seseorang yang memiliki koneksi luas dan memiliki keluarga besar, pernikahan di rumah akan terlalu sempit untuk memenuhi standar-standarnya. Tetapi, persiapan satu minggu membuat Mamaku tidak memiliki banyak pilihan tapi ikut saja dengan yang aku tentukan: mengubah apa-apa yang sudah disiapkan untuk acara lamaran menjadi untuk acara pernikahan dengan sederhana di rumah. Alhamdulillah, sungguh ini merupakan satu hal yang tidak akan terjadi jika tidak semendadak ini — sungguh ini merupakan satu hal yang sangat aku syukuri.
Kedua, dengan banyak hal yang dipangkas dari pernikahan ini karena mendadaknya persiapan kami, tabungan kami banyak tersimpan dengan baik sehingga memungkinkan kami untuk melakukan beberapa perjalanan dalam 1 tahun pertama pernikahan kami — mulai dari pindah ke Swedia, menjelajahi Spanyol dan jejak kejayaan Islam di Andalusia, serta melaksanakan ibadah Umrah di bulan Ramadhan dan di bulan Muharram. Sungguh, Allah akan mencukupkan rezeki mereka yang sudah menikah, tetapi pernikahan kami yang sederhana itu menjadi awal mula yang membuat jalan ini ada.
Ketiga, dengan pernikahan yang mendadak ini, beban untuk memikirkan pernikahan tidak ada dalam benak kami untuk waktu yang lama melainkan hanya dalam 7 hari tersebut. Setelahnya, kami bisa fokus untuk mempersiapkan keberangkatan aku ke Swedia yang berujung Ridwan pun ikut denganku ke Swedia. Tidak ada dalam rencana kami awalnya bahwa Ridwan akan ikut ke negara tempatku studi jika kami menikah di bulan November (makanya ia bercanda tidak ingin anniv LDM — yang alhamdulillahnya tidak kejadian juga). Tetapi, karena kami sudah menikah, mengurus dokumen pun menjadi lebih mudah dan cepat — dan dengan visa ini pula perjalanan kami selanjutnya ke berbagai belahan dunia lainnya menjadi lebih mudah.
Sungguh, acara pernikahan yang disiapkan selama 7 hari itu sangatlah melelahkan. Tetapi, kami bersyukur dapat menyelesaikannya dengan baik, dapat berkumpul dengan orang-orang yang bermakna dalam kehidupan kami, dan dapat memulai sesuatu dengan landasan berserah diri pada Allah. Alhamdulillah, alhamdulillah.
Memang, mungkin pada saat Ridwan bercanda pintu langit sedang terbuka sehingga ucapannya langsung menjadi doa yang dikabulkan. Bisa saja. Tapi satu hal yang kami yakini, Allah adalah sebaik-baiknya perencana. Ada banyak hal yang mungkin tidak terjadi jika email itu tidak datang pada 24 Juni 2023. Tetapi, semua telah terjadi dan satu persatu berdatangan dengan indah. Alhamdulillah.
Semoga kita senantiasa yakin bahwa apapun yang Allah rencanakan untuk kita adalah yang terbaik. He always has the best interest of us.
Love,
Anin